Teori
geosentris pertama kali diajukan oleh Aristoteles Abad 4 SM dan mencapai bentuk
standarnya yang dibukukan dalam “Almagest” karya Ptelomeus dari Mesir abad 2
Masehi. Di dalam teori geosentris bentuk
bumi adalah bulat dan menjadi pusat perputaran planet, matahari dan
bintang-bintang. Teori ini dipercaya dan dianut di masa sesudahnya oleh
peradaban Islam jaman keemasan dan peradaban barat di Eropa sampai munculnya
teori heliosentris abad 15 Masehi.
Berdasarkan
data observasi pergerakan planet dan matahari, dengan bumi dijadikan sebagai
kerangka acuan pengamatan, ditemukan lintasan planet yang meliuk-liuk atau retrograde. Kesulitan
menjelaskan lintasan planet yang
meliuk-liuk pada teori geosentris adalah penyebab manusia berusaha merekontruksi
ulang pemahaman terhadap bentuk dan susunan alam semesta
Lintasan
planet dalam teori geosentris adalah seperti ini.
Perhatikan
gambar. Warna kuning adalah lintasan
matahari, warna merah lintasan planet Mars dan warna orange lintasan planet
Jupiter.
Lintasan
retrograde ini sudah disadari oleh Ptolemeus, Bapak Geosentris. Dalam
“Almagest” karya ptelomeus dijelaskan lintasan retrograde ini dengan
menambahkan gerak epicycle dan diferent pada setiap planet. Gerak diferent
adalah gerak yang merupakan orbit utama sedangkan epicycle adalah sub orbit
pada orbit utama. Seperti ini ilustrasi
gerak planet pada teori geosentris yang dijelaskan dalam Almagest.
Namun
jika kita menganggap matahari berada di
pusat perputaran, bumi dan planet-planet mengitarinya diperoleh lintasan yang lebih
sederhana berbentuk lingkaran tidak sempurna atau ellips. Lintasan yang
sederhana ini dijelaskan dalam teori heliosentris. Silakan lihat gambar
perbandingan antara geosentris dan heliosentris berikut ini.
Perhatikan
gambar. Bulatan kuning adalah matahari
dan bulatan biru adalah bumi, bulatan yang lain adalah planet lainnya.
Pengetahuan
tentang lintasan retrograde planet pada teori geosentris bukanlah pengetahuan
yang baru diketahui saat ini. Jauh
sebelum Copernicus mengajukan teori heliosentris manusia sudah tahu akan hal
itu. Ptolemeus sendiri sudah menyadari
akan hal itu. Manusia sudah sejak lama
melakukan observasi pada pergerakan benda-benda langit. Sudah sejak lama
manusia bisa membedakan mana planet dan mana bintang. Itulah mengapa sejak zaman Phytagoras sampai
sekarang sangat sulit mencari ilmuwan yang berpandangan bumi berbentuk datar,
sebab dari data observasi ini saja dengan berpikir paling sederhana sekalipun tidak
akan mungkin bisa terjadi seandainya bumi berbentuk datar.
Pada
zaman keemasan peradaban Islam berdiri observatorium di Maragha dan Samarkand. Dari mempelajari data pengamatan di
observatorium inilah Nashiruddin Al Tusi (lahir 1201 M) dan Ali Qushji ( lahir
1403 M) lebih condong ke heliosentris dari pada geosentris. Itulah mengapa ada pandangan bahwa teori
heliosentris Copernicus dipengaruhi oleh peradaban Islam walaupun Copernicus
sendiri mengaku mendapat pengaruh dari Phytagoras. Sudah kita ketahui bersama bahwa saat
peradaban di barat sedang mulai menonjol, banyak karya-karya ilmuwan Muslim
yang dijadikan rujukan oleh ilmuwan barat
Teori
heliosentris diajukan oleh Nicolaus Copernicus.
Dalam teori ini matahari dijadikan sebagai pusat pergerakan planet. Bumi menjadi salah satu planet yang mengitari
matahari. Galileo menjadi salah seorang
pendukung heliosentris setelah menemukan 4 satelit yang mengorbit Jupiter. Dalam teori geosentris tidak dijelaskan gaya
apa yang membuat planet-planet dan matahari bergerak. Sedangkan dalam heliosentris dijelaskan bahwa
pergerakan planet mengelilingi matahari akibat gaya gravitasi. Hukum Kepler dan Hukum Newton ikut memberi
kontribusi yang besar terhadap kemapanan teori heliosentris. Hingga saat ini
teori heliosentris lebih dapat diterima manusia dari pada geosentris.
Geosentris
dan bumi datar adalah dua hal yang amat sangat berbeda. Apalagi teori
bumi datar yang ada saat ini. Saya tertarik menulis seri bumi datar ini
bukan bermaksud untuk mendebat. Karena
teori bumi datar ini benar-benar sangat tidak ilmiah. Yang mengajukan
dan
penggemarnya pun amat sangat kurang faham dalam hal sains terutama ilmu
fisika. Saya tertarik karena bermaksud ingin
mengembalikan kesadaran sahabat-sahabat yang akibat kekurangfahaman
dalam sains,
malas mencari informasi dan enggan untuk bertanya menjadi mudah
terpengaruh oleh
video bumi datar yang sebagian besar berisi teori konspirasi.
Di
dalam video bumi datar ada pernyataan “pergerakan planet-planet mengelilingi
bumi menghasilkan pola geometri suci”.
Dalam konteks bumi datar kalimat
ini jelas-jelas bertentangan. Bisakah
planet mengelilingi bumi pada model bumi datar berkubah? Mengelilingi itu artinya yang dikelilingi
dijadikan sebagai pusat perputaran. Pada
model bumi datar saat ini, planet dan benda langit lainnya bergerak di atas
bumi, bukan mengelilingi bumi. Lalu dari
mana mereka mendapatkan data observasi pergerakan benda langit pada bumi datar sehingga
bisa mengeluarkan pernyataan seperti itu?
Bila
konteksnya adalah pergerakan planet pada teori geosentris, maka pembuat video
datar ini sebenarnya tidak punya orientasi.
Sebenarnya mereka mau mengajukan teori bumi datar atau mendukung
geosentris. Apakah pembuat video
menganggap bumi datar dan geosentris adalah sama? Bila memang demikian, inilah kekeliruan fatal
yang kesekian dari pembuat video bumi datar.
Bila ada sahabat yang menganggap demikian, silakan belajar lagi. silakan
cari literatur tentang geosentris.
Pola
geometri suci yang dimaksud mungkin adalah pergerakan retrograde pada
geosentris. Namun bukti ilmiah lebih
mendukung pergerakan sederhana pada heliosentris. Bukti bahwa bumi mengelilingi matahari dapat
dirasakan langsung oleh manusia yaitu berupa gejala yang timbul misalnya
pergantian musim dan lainnya. Bukti
secara empiris sangat diperlukan untuk memberikan kepastian bahwa memang benar
bumi bergerak mengelilingi matahari.
Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan bukti bahwa bumi tidaklah diam
di posisinya, tapi mengalami perpindahan.
Silakan ikuti pembahasannya.
Paralaks Bintang
Paralaks
bintang bisa juga disebut stellar parallax adalah perubahan sudut yang dibentuk
oleh bintang dekat dengan bintang jauh yang dilihat oleh manusia di bumi akibat
posisi bumi yang berubah. Konsepnya,
ketika kita melihat dua benda dari posisi yang berbeda, di mana benda yang satu
dekat dan lainnya jauh kita akan mendapatkan perbedaan sudut kedua benda
tersebut.
Untuk
lebih memahami silakan ikuti percobaan sederhana berikut. Letakan jari telunjuk sahabat 10 cm di depan
muka. Pandanglah ke depan, jadikan pemandangan di depan sebagai latar
belakang. Cari objek apa saja di latar
belakang misalnya pohon atau tiang listrik.
Sekarang tutuplah mata kiri, lihatlah posisi jari telunjuk terhadap
objek di latar belakang tadi. Lalu
tukarlah, mata kiri dibuka dan mata kanan ditutup dan lihatlah posisi jari
telunjuk terhadap objek di latar belakang tadi, ada perbedaan bukan? Nah itulah konsep paralaks.
Bumi
yang berubah posisi juga akan menghasilkan paralaks pada bintang yang dekat
terhadap bintang-bintang yang jauh. Sudut paralaks ini sangat kecil, karena
jarak bintang sangat jauh dari bumi.
Semakin jauh jarak bintang semakin kecil sudutnya. Perhatikan ilustrasi gambar di bawah ini.
Akibat
bumi berevolusi terhadap matahari menyebabkan kedudukan bumi yang bergeser di
kiri dan di kanan matahari. Ini akan menyebabkan terjadinya sudut paralaks pada
bintang yang dekat saat dilihat dari dua kedudukan yang berbeda.
Untuk
mengukur sudut paralaks bintang yang dijadikan target dibutuhkan waktu sekitar
6 bulan atau setengah tahun. Observasi
dilakukan dua kali dalam rentang waktu 6 bulan. Jika menginginkan hasil
maksimal pengukuran harus dilakukan pada tanggal tertentu di mana posisi bumi
bergeser paling jauh dalam lintasan ellips.
Orang
pertama yang berhasil mengukur sudut paralaks bintang adalah FW Bessel tahun 1838. Dengan peralatan yang disebut heliometer
Bessel berhasil mengukur sudut bintang 61 Cygni sebesar 0,28 detik busur atau
sekitar 3,57 parsec. Selanjutnya seiring
dengan kemajuan teknologi semakin banyak orang yang bisa mengukur paralaks
bintang, misalnya bintang Alpha Centauri yang merupakan bintang terdekat dengan
bumi memiliki sudut paralaks 0,77 detik.
Saat ini sudah ratusaan bintang yang sudah diketahui sudut
paralaksnya. Dengan mengetahui sudut
paralaks maka jarak bintang bisa ditentukan.
Adanya
paralaks bintang ini membuktikan bahwa bumi berpindah posisi alias tidak diam
di tempat. Bukti empiris ini menjadi
bukti yang sangat akurat bahwa bumi bergerak mengelilingi matahari. Ini juga
sekaligus membantah teori geosentris.
Aberasi bintang
Di
samping membuktikan bumi bergerak berpindah posisi, aberasi bintang juga
membuktikan bahwa bumi berotasi. Bagi
sahabat yang masih kesulitan memahami mengapa rotasi bumi tidak menimbulkan
efek yang berarti di permukaan bumi, saya ada sedikit cerita. Di dalam cerita ini juga sekaligus akan
memberikan gambaran fenomena aberasi bintang.
Cerita
ini terjadi saat dalam perjalanan dengan mobil di tol Cipali. Setelah
istirahat di rest area ternyata ada
nyamuk yang masuk ke dalam mobil.
Awalnya nyamuk itu hinggap di dashboard mobil. Saat mobil sedang melaju
dengan kecepatan konstan
100 km/jam nyamuk itu terbang dengan leluasa di dalam mobil. Sepertinya
nyamuk ini sama sekali tidak
terpengaruh dengan kecepatan mobil yang sedang melaju kencang. Mengapa
bisa demikian? Mengapa nyamuk tidak tertinggal dan akhirnya
membentur kaca belakang mobil?
Sebenarnya
jawaban dari pertanyaan di atas amat sederhana.
Dan bagi sahabat yang pernah mengenyam bangku SMP pasti sudah pernah
mempelajarinya. Mungkin banyak sahabat yang
sudah lupa. Mari kita mengulang lagi
pelajaran fisika di SMP. Ada hukum
Newton pertama tentang kelembaman. Dalam
hukum itu dijelaskan benda yang diam akan tetap diam sampai ada gaya yang
menggerakannya, dan benda yang sedang bergerak lurus dengan kelajuan konstan
akan tetap bergerak sampai ada yang menghentikannya.
Nyamuk
yang sedang hinggap di dashboard pada mobil yang melaju dengan kecepatan
100km/jam memiliki kecepatan yang sama dengan mobil. Sesuai dengan hukum kelembaman, saat lepas
dari dashboard nyamuk pun masih tetap memiliki kecepatan ke depan
100km/jam. Dengan kecepatan yang
dimiliki sama dengan kecepatan mobil, nyamuk pun bisa terbang ke sana kemari
dengan leluasa dan tentunya tidak akan tertinggal ke belakang atau membentur
kaca belakang mobil.
Begitu
juga dengan rotasi bumi. Selain efek
sentrifugal kecil yang ditahan oleh gaya gravitasi dan efek lainnya yang sudah
saya jelaskan di tulisan sebelumnya, rotasi bumi tidak akan menimbulkan efek
apapun bagi benda atau makhluk yang ada di permukaan bumi sampai atmosfirnya. Dan
tentunya manusia tidak akan merasakan apapun selain dari pergerakan semu harian
matahari, bulan dan bintang-bintang. Dengan penjelasan ini semoga sahabat
mendapat pemahaman yang lebih baik.
Cerita
perjalanan di tol Cipali berlanjut. Saat
itu hujan deras, petir sepertinya juga ikut memberi warna perjalanan. Air hujan berebut ingin sampai dulu ke bumi
pertiwi. Wiper penghapus air hujan di
kaca mobilpun menari-nari dengan riangnya.
Lampu kabut pun merengek-rengek minta dinyalakan. Dari dalam mobil terlihat air hujan datangnya
seperti dari arah depan bukan dari atas. Sepertinya hendak menembus kaca depan
mobil dan menyapa penumpang yang ada di dalamnya.
Nah
sahabat, dari cerita itu ada sebuah fenomena yaitu saat kita sedang bergerak, air
hujan yang sejatinya datang dari atas akan terlihat seperti condong dari depan. Sebenarnya air hujan datangnya dari atas dan
jika tidak ada angin kencang jatuhnya akan tegak lurus ke bumi. Bagi pengamat yang diam akan melihat air jatuhnya
tegak lurus. Namun bagi pengamat yang
sedang bergerak, jatuhnya air hujan akan terlihat miring. Bahkan jika pengamat melaju ke depan dengan
kecepatan yang lumayan air hujan akan terlihat datang dari depan seperti saat
sedang di dalam mobil yang melaju kencang.
Bila
sahabat belum pernah mengamati atau belum ngeh dengan air hujan yang datang
dari depan ketika mobil melaju kencang, silakan perhatikan orang yang sedang
berpayung ria saat berjalan menerobos hujan.
Saat berjalan dalam hujan dengan payung kemungkinan orang akan mencondongkan
payungnya ke depan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari air hujan karena bagi orang yang sedang berjalan air hujan jatuhnya
akan miring walaupun sebenarnya tegak lurus.
Atau saat sahabat sedang mengendarai sepeda motor sewaktu hujan, tentu
akan merasakan air hujan datangnya menyudut bukan tegak lurus. Fenomena ini di sebut dengan aberasi.
Bumi
yang sedang bergerak mengelilingi matahari pun akan memiliki fenomena yang sama
dengan air hujan tersebut. Bagi pengamat
di bumi akan terjadi aberasi bintang karena pengamat sedang bergerak bersama
bumi. Pengamat di bumi akan melihat
posisi bintang yang bergeser sedikit dari posisi sebenarnya.
Perhatikan
gambar. Saat pengamat sedang diam,
pengamat akan melihat bintang pada posisi A.
Ketika pengamat bergerak ke arah B maka pengamat akan melihat bintang
pada posisi A’. Ada perbedaan sudut yang
kecil. Orang yang pertama kali menemukan fenomena aberasi bintang adalah James
Bradley tahun 1725 M. Di samping karena
revolusi bumi, aberasi bintang juga terjadi karena rotasi bumi.
Adanya
fenomena aberasi bintang ini membuktikan bahwa bumi tidaklah diam tapi bergerak. Pergerakan bumi mengelilingi matahari tentu
akan menimbulkan aberasi yang bervariasi ketika seorang pengamat mengamati
sebuah bintang. Sudut aberasi sebuah bintang bergantung dari arah dan kecepatan
relatif bumi terhadap bintang tersebut.
Efek Doppler
Efek
Doppler adalah berubahnya frekuensi gelombang bagi pengamat akibat gerak
relatif antara pengamat dengan sumber. Efek
ini ditemukan oleh Doppler tahun 1842 M . Efek Doppler dirumuskan seperti berikut
ini,
Keterangan :
fp = frekuensi yang diterima pengamat (Hz)
fs = frekuensi sumber (Hz)
v = cepat rambat gelombang (m/s)
vp = kecepatan pengamat (m/s)
vs =kecepatan sumber (m/s)
Tanda + (plus)
Untuk pengamat bergerak mendekati sumber
Untuk sumber menjauhi pengamat
Tanda - (minus)
Untuk pengamat menjauhi sumber
Untuk sumber mendekati pengamat
Dari
rumus efek Doppler bisa kita simpulkan bahwa frekuensi gelombang akan naik
ketika pengamat mendekat relatif terhadap sumber dan akan turun ketika pengamat
menjauh relatif terhadap sumber.
Mendekat relatif artinya dalam selang waktu tertentu pengamat dan sumber
semakin mendekat, bisa karena sumbernya yang mendekat atau pengamat yang
mendekat atau keduanya sama-sama bergerak yang hasilnya mendekat.
Efek
Doppler berlaku bukan hanya untuk gelombang suara tapi juga gelombang
elektromagnetik seperti cahaya. Cahaya
adalah gelombang elektromagnetik yang dapat dilihat oleh mata. Cahaya memiliki
spektrum warna dari merah, jingga, kuning, hijau, sampai biru mendekati
ungu. Warna cahaya ini ditentukan oleh
panjang gelombang atau frekuensi cahaya.
Warna merah memiliki frekuensi terendah sedangkan warna biru mendekati
ungu memiliki frekuensi tertinggi.
Ketika
seorang pengamat bergerak relatif terhadap sebuah sumber cahaya maka pengamat
akan melihat pergeseran warna sumber cahaya tersebut. Saat pengamat mendekat relatif terhadap
sumber cahaya maka pengamat akan melihat cahaya dengan frekuensi yang lebih
tinggi dari frekuensi sumber. Dengan kata lain pengamat akan melihat pergeseran
warna menuju ke arah biru “blueshift”.
Sebaliknya ketika pengamat menjauh relatif terhadap sumber maka pengamat
akan melihat pergeseran warna menuju ke arah merah “redshift”
Begitu
juga dengan bumi yang sedang bergerak mengelilingi matahari. Pengamat di bumi akan melihat warna bintang
yang bergeser kadang menuju ke warna biru dan kadang menuju ke warna merah. Saat bumi mendekati sebuah bintang warna
cahaya bintang akan bergeser ke arah
biru dan saat menjauhi bintang warna bintang akan bergeser ke arah merah. Untuk sebuah bintang kejadian ini berulang
setiap tahun atau dalam 6 bulan terjadi blueshift dan 6 bulan berikutnya terjadi
redshift. Hal ini membuktikan bahwa bumi
tidaklah diam tetapi bergerak bolak-balik.
Ini juga menjadi bukti ilmiah yang akurat bahwa bumi tidaklah diam di
tempat.
Penutup
Bukti-bukti
empiris rotasi dan revolusi bumi sebenarya bukan pengetahuan yang baru. Hal itu sudah diketahui ratusan tahun
lalu. Hanya saja mungkin pengetahuan ini
belum sampai ke kita. Mungkin karena
kita yang malas mencari informasi.
Sebenarnya informasi yang menerangkan hal ini amat sangat
banyak dan mudah didapatkan. Namun kendalanya
ada pada diri kita sendiri. Saya yakin
di sekolah pun hal ini paling tidak sudah pernah diajarkan.
Sahabat, kali ini saya akan beropini, namun opini saya berdasarkan
data yang pernah saya dapatkan.
Beginilah opini saya, pada tahun-tahun mendatang penguasaan atas dunia
akan mengarah ke langit. Artinya bagi
siapa saja yang bisa menguasai langit merekalah yang akan memimpin dan
menguasai dunia.
Di dalam Al-Quran Allah SWT memotivasi manusia agar dapat
menguasai langit dengan cara mempelajari sains dan teknologi. Semoga sahabat muslim faham dengan ayat
tersebut. Silakan renungkanlah,
bagaimana kita bisa menguasai langit, sedangkan satelit saja kita tidak percaya,
pergerakan roket saja kita bingung, pendaratan manusia di bulan saja kita masih
belum mengakui, dan hal sederhana seperti balon helium terbang saja kita tidak
faham apa penyebabnya dan yang paling parah mengukur suhu cahaya bulan.
Saran saya buat sahabat muslim bila ingin berteori
tentang bentuk alam semesta pelajarilah sains. Jangan seperti saat ini, ilmu fisika,
astronomi dan geografi saja kita belum faham betul sudah berteori tentang
gravitasi, bumi datar, matahari dekat, mengukur suhu cahaya bulan dsb. Lebih baik belajar dulu dengan pemahaman yang
benar. Jadi teori yang kita kemukakan
bernilai ilmiah bukan dongeng.
Saya khawatir justru teori yang demikian malah menyesatkan
sesama kita. Bukankah kita sadar bahwa
pahala yang selalu mengalir adalah ilmu yang berguna bukan ilmu yang menyesatkan. Untuk itu sahabat ku berhati-hatilah dalam
berteori. Berlakulah jujur dalam
menyampaikan ilmu, jangan menutupi dan memutarbalikkan fakta. Bagaimana hukumnya orang yang menyampaikan
ilmu dengan kecurangan yang akhirnya malah menyesatkan sesamanya?
Beberapa kali saya membaca web bantahan bumi datar yang membongkar
kecurangan pembuat video bumi datar.
Saya memiliki data dan setelah saya cek memang demikian adanya. Namun
dalam menulis seri bumi datar ini saya berusaha menghindari hal yang
demikian. Saya lebih fokus kepada
bantahan bumi datar dari segi sains.
Walaupun ada beberapa web penggemar bumi datar yang sepertinya juga melakukan
hal yang sama tetapi saya anggap itu hanya karena ketidakfahaman semata bukan
karena kesengajaan.
Semoga
bermanfaat dan membuka wawasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar