Halo
sahabat, pernahkah kita memikirkan bagaimana Tuhan memberikan rejeki kepada
manusia berupa air hujan? Bagaimana air
hujan dapat turun ke bumi dengan kecepatan yang rendah? Padahal jika dihitung dengan rumus benda
jatuh bebas dengan mengabaikan faktor udara, untuk ketinggian awan 2000 meter, kecepatan
saat sampai di bumi sekitar 720 km/jam. Dua
kali kecepatan mobil balap. Sementara
kecepatan hujan jatuh yang kita rasakan hanya sekitar 36 km/jam.
Untuk menjelaskan fenomena hujan yang
jatuh dengan kecepatan yang rendah kira-kira seperti ini.
Ceritanya, sang hujan
sangat kegirangan saat hendak menemui sang bumi kekasihnya. Dengan modal
percepatan konstan yang diberikan kekasihnya sang hujan terus mempercepat
lajunya. Namun di tengah jalan dia
dicegat oleh segerombolan preman yaitu udara yang berusaha menahan
lajunya. Sang preman mengancam sang hujan
“kalau sampeyan mempercepat laju maka saya akan semakin berusaha menghambat sampeyan” Karena ketakutan akhirnya pada kelajuan
tertentu walaupun kekasihnya selalu memberikan percepatan konstan, percepatan
sang hujan habis diberikan pada sang preman sebagai uang keamanan atau jatah
preman. Sang hujan menangis sedih dengan air mata jatuh berderai-derai karena
harus menemui sang bumi dengan kelajuan konstan. Inilah asal muasal kecepatan terminal.
Bagaimana
sahabat, sudah faham dengan cerita di atas.
Bila belum jelas saya sederhanakan ya.
Kecepatan awal hujan sebelum jatuh adalah nol. Hujan mendapatkan percepatan gravitasi
sebesar 9.8m/s2 sehingga kecepatan hujan sewaktu
jatuh
semakin bertambah. Dengan bertambahnya
kecepatan, gaya hambat juga ikut bertambah, karena gaya hambat udara
sebanding
dengan kecepatan jatuh. Pada kecepatan
tertentu terjadi kesetimbangan gaya atau resultan gayanya menjadi nol.
Pada keadaan ini hujan jatuh sudah tidak dipercepat lagi alias
kecepatannya sudah konstan atau sudah mencapai kecepatan terminal.
Untuk
lebih jelasnya saya jabarkan dengan rumus ya.
Untuk mengerti bagaimana air hujan turun dengan kecepatan rendah, kita
mulai dulu dari gaya apa saja yang bekerja pada saat air hujan jatuh ke
bumi. .
Perhatikan gambar.
Gaya-gaya
yang bekerja pada air hujan adalah gaya gravitasi bumi arahnya ke bawah, gaya
Archimedes arahnya ke atas, dan gaya hambat stokes yang arahnya melawan arah
gerak benda. Pada kasus ini gaya hambat
Stokes arahnya ke atas, melawan arah jatuh air hujan.
ƩF
= m a
W-Fa-Fs = m a
Ket :
m = massa benda
a = percepatan jatuh
W = berat benda
Fa = gaya Archimedes
Fs = gaya hambat stokes
Kecepatan
terminal adalah kecepatan yang terjadi ketika benda jatuh mengalami
kesetimbangan gaya atau resultan gayanya nol alias percepatannya nol. Benda
jatuh sudah kehilangan seluruh percepatannya akibat dilawan oleh gaya
Archimedes dan gaya hambat stokes.
Kecepatan
terminal air hujan terjadi ketika percepatan jatuhnya sama dengan nol a=0, sehingga rumusnya bisa kita
tuliskan kembali menjadi,
W-Fa-Fs = 0
W= Fa
+
Fs
Sebelum saya lanjutkan, ada pernyataan
dari penggemar bumi datar seperti ini
“Berarti,
pada saat kecepatan terminal, berlaku gravitasi = 0 dong?”
Tentu
saja tidak demikian, ini karena gagal faham. Sayangnya tidak mau bertanya tapi
malah mengejek. Yang nol adalah
percepatan jatuhnya (a=0), bukan percepatan gravitasinya (g = 9,8m/s2). Semoga orang-orang yang demikian mau belajar lagi. Sayang sekali, mereka punya kecerdasan tapi
tidak mensyukurinya dengan menggunakan sebaik-baiknya.
Mari
kita lanjutkan. Di dalam rumus tersebut
ada Fs yang
kita sebut sebagai gaya hambat Stokes.
Besarnya gaya hambat Stokes ini dipengaruhi oleh kecepatan benda, kekentalan
udara ( viskositas udara atau fluida di mana benda jatuh ) dan bentuk benda
(luas permukaan yang bersinggungan dengan udara).
Gaya hambat Stokes dirumuskan dengan
Fs = k η v
ket
k = Nilai yang berhubungan dengan bentuk benda
η = koefisien viskositas udara
v = kecepatan benda jatuh
Untuk benda jatuh yang bentuknya bulat
atau bola dengan jari-jari r maka nilai k
= 6 π r.
Jadi gaya hambat Stokes menjadi Fs
= 6 π r η v.
Dengan menjabarkan gaya Archimedes Fa
= m2 g dan W
= m1 g, kita tulis kembali rumusnya menjadi
m1 g = m2 g
+
6 π
r η
v
ρ1 V g = ρ2V g + 6 π r η v
Dengan V adalah volume benda, jika
berbentuk bulat V = 4/3 π r3.
ρ1 4/3 πr3 g = ρ2 4/3πr3
g + 6 π
r η
v
6
η
v = ρ1 4/3 r2
g
– ρ2 4/3 r2
g
Jadi kecepatan terminal kita dapatkan,
v = 2 r2 g (ρ1 – ρ2) / 9 η
ket :
v = kecepatan terminal
ρ1 = massa jenis benda
ρ2 = massa jenis udara
g = percepatan gravitasi = 9,8 m/s2
r = jari–jari benda
Pada
kecepatan terminal inilah air hujan jatuh di permukaan bumi. Penjelasan tentang
kecepatan terminal ini semoga dapat dan mudah dimengerti oleh sahabat.
Ada
anggapan
dari salah satu penggemar bumi datar terhadap apa yang kita fahami
secara umum baik oleh pelajar, Guru, Dosen dan ilmuwan dan orang-orang
yang mengerti ilmu fisika. Saya temukan di salah satu web komunitas
bumi
datar. Anggapan ini benar-benar terbolak-balik.
Saya hanya mengambil point-point penting saja dari apa yang ditulis
dalam web tersebut.
Seperti
ini anggapan penulis web terhadap kita.
===awal
kutipan =======
INFORMASI
1. Benda jatuh memiliki percepatan konstan, g = 9,80665 m/s2
2. g = 9,80665 m/s2 adalah mutlak di semua kondisi
3. Berat diruang hampa adalah nol
====akhir
kutipan =======
Mari kita luruskan anggapan tersebut.
Penulis
web menganggap bahwa kita memahami percepatan jatuh bebas selalu 9,8 m/s2.
Tentu saja anggapan ini keliru, tidak ada guru fisika yang mengajarkan seperti
itu. Percepatan jatuh bebas tidaklah
selalu sebesar 9,8 m/s2,
tergantung di mana benda tersebut
jatuh. Jika terjadi di udara, kadang
hambatan udara dan gaya Archimedes diabaikan sehingga percepatan jatuh bebas
sama dengan percepatan gravitasi 9,8 m/s2. Sedangkan di dalam air percepatan jatuh bebas
tidak sama dengan 9,8 m/s2 karena ada gaya Archimedes dan gaya hambat
air yang lumayan besar.
Anggapan
kedua memang benar seperti itu. Percepatan gravitasi di permukaan bumi bisa dianggap sama untuk
semua media. Dalam hal ini percepatan
gravitasi hanya bergantung jari-jari bumi, karena percepatan gravitasi
diturunkan dari rumus hukum gravitasi Newton g=G.M/R2. Tidak ada
sama sekali variable media. Namun
sayangnya justru hal yang benar ini malah dianggap keliru. Penulis web
menjelaskan ketika benda jatuh di dalam media seperti air maka percepatan
gravitasi akan berkurang. Tidak ada guru
fisika yang mengajarkan seperti itu.
Anggapan
ketiga yang menyangka kita meyakini berat benda di ruang hampa adalah nol, juga
keliru. Secara umum kita tidak pernah
mengatakan berat benda di ruang hampa adalah nol. Ruang hampa tidak akan menyebabkan berat
benda menjadi nol. Di stasiun antariksa
yang hampa udara, berat benda nol terjadi akibat kesetimbangan gaya gravitasi
bumi dan gaya sentripetal stasiun antariksa.
Jika kita membuat ruang hampa di permukaan bumi maka berat benda tidaklah
nol. Kita tidak tahu dari mana penulis web punya anggapan keliru seperti itu.
Jadi jelas di sini informasi yang
disampaikan penulis web adalah keliru, bahkan terbalik. Yang benar dan memang sudah menjadi
pengetahuan secara umum adalah percepatan gravitasi adalah tetap hanya
bergantung R sedangkan percepatan jatuh bebas bergantung pada media di mana
benda mengalami jatuh bebas. Inilah yang
menyebabkan penulis web gagal faham sehingga menganggap pada saat terjadi
kecepatan terminal, percepatan gravitasi menjadi nol, padahal yang nol adalah
percepatan jatuhnya. Kepada para sahabat
silakan ditanyakan kepada penulis web apa maksud memberikan informasi yang
keliru tersebut.
Selanjutnya
untuk benda jatuh bebas di dalam fluida misalnya air atau udara penulis web
menggunakan rumus seperti berikut ini,
===awal
kutipan=========
Wo
= Wf + Wx + Ff
Ket :
W0 = berat benda mutlak
Wf = berat benda dalam fluida
Wx = berat benda yang luput dari perhitungan
Ff = gaya hambatan stokes
====akhir kutipan========
Mari kita bandingkan dengan rumus
yang biasa kita pelajari. Konsep paling
dasar untuk menggambarkan kondisi gerak benda adalah dengan memperhatikan gaya
apa saja yang bekerja pada benda itu. Berat benda di dalam fluida adalah gaya
gravitasi atau berat benda, dikurangi gaya Archimedes dan gaya hambat stokes,
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya di atas.
ƩF
= m.a
W-Fa-Fs = m a
W = m a + Fa + Fs
m g = m a + Fa + Fs
Ket:
m = massa benda
a = percepatan di dalam fluida
W = berat benda
Fa = gaya Archimedes
Fs = gaya hambat stokes
g = percepatan gravitasi
Sekarang mari kita bandingkan
Antara Wo = Wf + Wx +
Ff dengan m g =
m a + Fa + Fs
W0 = berat benda mutlak = berat benda = W = m g
Wf = berat benda dalam
fluida = m a
Wx = berat benda yang luput dari perhitungan = Fa =
Gaya Archimedes
Ff = gaya hambatan stokes = Fs
Perhatikan
sebenarnya rumus yang biasa kita tulis
dan penulis web berikan adalah sama
karena memang penulis web sedang membuktikan adanya gravitasi namun mungkin
tanpa disadarinya.
Dalam
penjabarannya penulis web menerangkan bahwa W0 = m A di mana m adalah massa benda dan A adalah
percepatan mutlak di ruang hampa.
Sedangkan Wx = m
A di mana m adalah massa fluida yang volumenya sama dengan benda dan A
adalah percepatan mutlak. Ini sama persis
dengan dalam rumus yang biasa kita tulis yaitu A = g dan af = a.
Jadi
apa yang penulis web tuliskan di sini amat sangat membuktikan adanya gravitasi.
Penulis web mengganti “g” dengan “A” dan
menggunakan istilah-istilah lain yang mungkin seumur-umur baru kita temukan dan
mungkin tidak akan ditemukan dalam buku Fisika terbitan manapun. Dan satu lagi yang membuat saya tersenyum
yaitu “Wx = berat benda yang
luput dari perhitungan”. Di dalam
Fisika memangnya ada berat benda yang luput dari perhitungan? Murid saya saja yang belajarnya malas tahu
kalau itu gaya Archimedes.
Sahabat sahabat ada yang tahu tidak
kenapa gaya Archimedes ini diistilahkan sebagai “berat benda yang luput dari
perhitungan”. Setelah saya selidiki
ternyata gaya Archimedes ini mengandung “g”.
Gaya Archimedes sama dengan massa fluida (seukuran benda) dikali
percepatan gravitasi. Kalau sahabat
penasaran, silakan tanyakan langsung saja ke penulis web apa maksud dan tujuan
mengganti gaya Archimedes dengan istilah aneh tersebut.
Sepertinya memang ini ada fenomena
aneh. Penggemar bumi datar begitu
paranoidnya dengan huruf g atau percepatan gravitasi, sehingga untuk menuliskan
rumus benda jatuh di dalam fluida saja harus berfikir keras. Huruf g ini memang benar-benar mimpi buruk
bagi mereka karena dengan tanpa bantuan bukti apapun huruf g ini mampu
merontokkan teori bumi datar, sehingga huruf g dimakeover jadi huruf A. Ingat
ya gravitasi 100% membuktikan bumi berbentuk bulat, silakan lihat gravitasimembuktikan bumi bulat.
Barangkali ada sahabat saya yang
masih meyakini bahwa gravitasi itu tidak ada dan tetap keukeuh dengan huruf A-nya,
mari kita dibandingkan g dengan A. A dan
g nilainya sama, g diturunkan dari rumus hukum gravitasi Newton g=G.M/R2. Dengan memasukan nilai G konstata, M massa
bumi dan R jari-jari bumi diperoleh g=9,8 m/s2. Sekarang silakan tunjukan dari mana nilai
eksak A berasal. Monggo…
Selanjutnya penulis web menerangkan
balon helium yang terbang ke udara dengan rumus
W0 = Wf + Wx
dengan mengabaikan gaya hambat
stokes. Ini sama sekali tidak beda dengan yang
biasa kita tulis m a = W – Fa atau W
= m a + Fa . Bisa kita jelaskan dengan kata-kata
bahwa resultan gaya yang terjadi pada
balon helium adalah berat balon dikurangi gaya Archimedes. Jadi sekali lagi ini amat sangat membuktikan
adanya gaya gravitasi.
Di
akhir tulisannya, penulis web merasa menang karena berhasil menjelaskan balon
helium dapat terbang tanpa melibatkan gravitasi. Inilah penggemar bumi datar.
Oh
ya…
apa yang menyebabkan balon helium terbang ke atas. Apakah karena
perbedaan massa jenis? Tentu saja bukan itu asal penyebabnya. Massa
adalah besaran yang tidak punya
arah. Perbedaan massa jenis tidak akan
bisa menuntun balon ke atas atau ke bawah.
Perbedaan massa jenis tidak akan menimbulkan percepatan.
Jadi apa yang membuat balon helium bisa
terbang? Jawabnya gaya gravitasi bumi.
Gaya gravitasi bumi arahnya ke pusat massa bumi yang kita rasakan
sebagai arah ke bawah. Udara yang massa
jenisnya lebih besar mendapat gaya tarik ke bawah yang lebih kuat dari pada
balon helium. Akibatnya balon helium
terusir dari tempatnya dan bergerak ke atas.
Jadi tanpa gravitasi, balon helium tidak akan punya arah maupun
percepatan. Gaya yang menggerakkan balon ke atas disebut gaya Archimedes, gaya
ini sebenarnya adalah gaya turunan dari gravitasi. Lihat saja di rumus gaya
Archimedes masih mengandung “g”. Ingat
ya gaya fundamental hanya ada 4, yang lainnya adalah gaya turunan.
Fenomena
balon helium terbang juga bisa kita lihat pada peristiwa perpindahan panas
secara konveksi. Perpindahan panas
secara konveksi biasanya terjadi pada zat cair seperti saat kita merebus air. Air yang berada di bawah mendapatkan energi
panas lebih banyak dari yang di atas sehingga mengembang. Karena mengembang massa jenisnya berkurang,
akibatnya air yang berada di atas lebih kuat tertarik gravitasi bumi dan
mendesak air yang mengembang tadi ke atas.
Jika tidak ada gravitasi bumi tidak akan ada perpindahan panas secara
konveksi di bumi.
Pada
peristiwa minyak berada di atas air pun demikian. Massa jenis air lebih besar dari massa jenis
minyak sehingga mendapat gaya gravitasi lebih kuat dan mengusir minyak ke atas. Jika tidak ada gaya gravitasi bumi, tidak
akan ada fenomena minyak berada di atas air.
Sebelum
saya akhiri, saya mengutip kata-kata dari sahabat saya yang tidak saya sebutkan
namanya.
“Ilmuwan bisa salah dan boleh salah, yang tidak
boleh adalah berbohong dalam sains, dan menyembunyikan atau memutarbalikan
fakta dengan tujuan tertentu”
Dan terakhir, ada sebuah ajaran agama, bahwa salah satu amal
yang tidak akan ada putusnya atau pahalanya mengalir terus adalah menyampaikan ilmu yang berguna bagi sesamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar