Saya
tertarik untuk kembali menjelaskan penyebab mengapa kita tidak pernah melihat
horizon yang melengkung dari bibir pantai.
Saya tertarik karena saya menganggap ini salah satu hal yang
serius. Dalam buku Eric Dubay hal ini dijadikan hujjah untuk membantah bumi berbentuk bulat.
Menurut buku tersebut jika bumi berbentuk bulat mestinya kita akan melihat
horizon yang melengkung.
Beberapa
web penggemar bumi datar pun menjadikan hal ini sebagai bantahan. Yang sering dibahas dan dihitung adalah nilai lengkungan bumi. Menurut hitungan matematis lengkungan bumi
adalah 8 inch setiap 1 mil.
Perhatikan
gambar berikut. Yang dimaksud nilai lengkungan
pada sebuah lingkaran adalah garis tegak yang diberi label huruf x untuk jarak
sejauh z. Di mana panjang z jauh lebih
kecil daripada keliling lingkaran sehingga panjang z bisa dianggap sama dengan
panjang busur CB.
Dengan
teorema phytagoras bisa kita turunkan rumus untuk mencari x.
Perhatikan
segitiga siku-siku bagian atas
y2 = z2 – x2 (persamaan pertama)
Perhatikan
segitiga siku-siku bagian bawah
y2 = r2 - (r – x) 2
= r2 - r2 + 2xr - x2
= 2xr – x2 (persamaan
kedua)
Persamaan satu dan dua adalah sama
2xr – x2 = z2 – x2
2xr = z2
Jadi inilah rumus pendekatan nilai lengkungan
tersebut
x =
z2 / 2r
Dalam hal ini z bisa kita anggap panjang
lintasan di busur lingkaran.
Mari kita terapkan untuk bola bumi dengan r =
6371 km, dengan demikian z adalah jarak di permukaan bumi.
Untuk jarak 1 km
x = 12 / 12742 = 0,000078 km = 7,8 cm
Untuk jarak 1 mil = 1,609 km
x = 1,6092 /12742 = 20,3 cm = 8
inch
Untuk jarak 6,4 km
x = 6,42 / 12742 = 0,0032 km = 3,2 meter
Nilai
lengkungan juga bisa dicari dengan menggunakan rumus jarak horizon silakan
lihat seri 31 Cara Menghitung Jarak Horizon. Untuk jarak yang jauh lebih kecil
dari pada keliling lingkaran kedua rumus tersebut akan memberikan hasil yang
mendekati sama.
Misalnya
pada jarak 1 km
1 =
112,9√ x (dalam km)
x =
(1/112,9)2 = 0,000078 km = 7,8 cm
Untuk
rumus yang pertama nilai x berada di dalam lingkaran sedangkan yang kedua berada
di luar lingkaran. Namun keduanya tetap
menunjukkan nilai lengkungan yang sama.
Jadi tidak ada persoalan pada keduanya. Bisa kita pilih yang mana saja
dari keduanya selama jaraknya jauh lebih kecil dari keliling lingkaran.
Satu
hal yang harus diperhatikan di sini adalah bahwa angka-angka nilai lengkungan
tersebut jika diterapkan dalam bola bumi tidaklah berarti menunjukkan posisi
lebih tinggi atau lebih rendah. Misalnya
setelah berpindah sejauh 6,4 km tidak berarti kita naik atau turun sejauh 3,2
meter dan setelah berpindah sejauh 1 mil tidak berarti turun atau naik sejauh 8
inch, sebab acuan tinggi rendahnya suatu tempat adalah pusat massa bumi.
Tinggi
rendahnya suatu tempat terjadi karena gaya gravitasi bumi (Bukti adanya
gravitasi silakan lihat seri 24 Bukti Empiris Gravitasi). Misalnya sungai yang
panjang seperti sungai amazon alirannya tidaklah menanjak, tetapi air sedang
menurunkan tingkat energi potensialnya dengan cara sebisa mungkin mencari jarak
yang terdekat dari pusat massa bumi.
Silakan lihat penjelasan lengkapnya pada seri 27 Aliran Sungai Amazon.
Silakan
perhatikan gambar di atas. Garis lengkung sepanjang AB disebut busur AB,
sedangkan garis lurus AB disebut tali busur AB. Jika lebar pandangan kita
adalah dari titik A ke titik B, berarti mata kita akan melihat sebuah busur AB
dengan nilai lengkungan sebesar x.
Nilai x ini yang memisahkan busur
AB dengan tali busur AB di puncak lengkungan.
Pada seri 12 ‘Teknik Merasakan lengkungan Bumi’, sudah
saya bahas bahwa untuk merasakan lengkungan sebuah lingkaran kita harus memperlebar pandangan. Dengan kata lain semakin sempit pandangan
maka lengkungan suatu lingkaran akan semakin tidak terasa, bahkan sampai
mendekati lurus.
Secara matematis yang membuat suatu lengkungan
semakin tidak terasa adalah semakin mengecilnya perbandingan nilai lengkungan
dengan lebar pandangan. Hal ini menyebabkan semakin dekatnya jarak antara busur
AB dengan tali busur AB. Mari kita pelajari bagaimana perbandingan tersebut
mempengaruhi rasa suatu lengkungan.
Perhatikan gambar berikut.
Perbandingan antara nilai lengkungan dan lebar
pandangan bisa kita rumuskan menjadi Tan(a) = x / y dengan x nilai lengkungan dan
y adalah setengah dari lebar pandangan.
Saya membuat simulasi dengan variasi beberapa
perbandingan tersebut. Silakan
perhatikan hasil yang saya dapatkan.
Tan(a) = 1
Ini adalah nilai maksimal di mana nilai
lengkungan sama dengan setengah lebar pandangan. Di sini kita sangat merasakan lengkungan
tersebut. Perhatikan gambar di bawah
ini.
Tan(a) = 0,75
Pada perbandingan ini kita masih bisa merasakan
lengkungan Perhatikan gambar berikut
ini.
Tan(a) = 0,38
Di sini lengkungan terasa berkurang Lihat gambar di bawah
Tan(a) = 0,104 hingga 0,0004
Lengkungan semakin berkurang hingga akhirnya pada
perbandingan 0,0004, mata kita sudah tidak mampu lagi merasakan adanya
lengkungan tersebut. Perhatikan
ilustrasi seperti di bawah ini.
Saya juga melakukan percobaan dengan cara
memotret suatu lengkungan dengan beberapa variasi zoom. Kebetulan saya bergelut di bidang kamera
digital. Melakukan zoom tele (zoom maju)
berarti kita mempersempit lebar pandangan yang menyebabkan lengkungan semakin tidak
terasa. Silakan lihat hasil foto berikut
ini, berurutan dari zoom rendah sampai tinggi.
Sekarang mari kita bayangkan sedang berdiri di
pantai memandang lautan luas di depan kita.
Pandangan kita hanya terbatas sampai pada garis horizon. Kita tidak akan bisa dan tidak akan pernah
melihat adanya lengkungan tersebut. Mari
kita buktikan secara matematis dengan cara mencari perbandingan nilai
lengkungan terhadap lebar pandangan (x/y).
Anggap ketinggian mata kita dari permukaan air
laut adalah 2 meter.
Jarak horizon = 112,9 √0,002 km = 5,05 km
Sudut pandang mata manusia adalah 120 derajat. Dengan
rumus sinus bisa kita cari lebar pandangan.
Lebar pandangan = 2 sin (60) * 5,05km = 8,75 km
Setengah lebar pandangan = 4,38 km.
Lebar pandangan ini jauh lebih kecil dari
keliling bumi sehingga panjangnya hampir sama dengan busur lingkaran yang
bersesuaian dan nilai lengkungan bisa dicari,
Nilai lengkungan = 4,382 / 12742 = 0,0015 km = 1,5 meter
Dan inilah perbandingan antara nilai lengkungan
bumi dengan setengah lebar pandangan (x/y).
Tan(a)= 0,0015/4,38 = 0,00034
Hasil perbandingan ini ternyata lebih kecil dari
pada 0,0004. Silakan lihat kembali simulasi di atas di mana pada nilai tersebut
lengkungan sudah terlihat lurus. Dengan
demikian nilai 0,00034 tentu akan membuat lengkungan semakin terlihat
lurus. Dan mata kita tidak akan bisa
merasakan adanya lengkungan tersebut walaupun sebenarnya itu adalah garis
melengkung. Ini menjadi bukti yang
sangat valid dan sangat akurat bahwa lengkungan bumi tidak akan bisa dilihat
dari bibir pantai.
Jadi inti permasalahannya bukan terletak pada berapa besar
nilai lengkungan yang selama ini banyak bahkan amat intens dibahas oleh
penggemar bumi datar, tapi lebih kepada berapakah perbandingan antara nilai
lengkungan dengan lebar pandangan. Nilai
lengkungan 1,5 meter bisa saja terlihat amat melengkung jika panjang busurnya
hanya 10 meter. Tapi jika panjang
busurnya membentang 8,75 km dengan nilai lengkungan 1.5 meter maka garis
lengkung ini akan ditangkap oleh retina dan dipersepsikan oleh otak sebagai
garis lurus.
Cara untuk dapat merasakan lengkungan bumi adalah
dengan mencari posisi yang lebih tinggi untuk membuat pandangan menjadi lebih
lebar. Sudah saya jelaskan di seri 12
Teknik Merasakan Lengkungan Bumi.
Silakan dilihat. Dan silakan
dicoba juga dengan rumus-rumus yang ada.
Pada seri 12 sudah disajikan simulasi saat kita
berada di puncak Monas dengan asumsi ketinggian 115 meter dpl. Sepertinya di atas Monas pun lengkungan bumi
masih sulit untuk dilihat. Jika kita
berada di puncak Monas, sebenarnya sangat mudah untuk membuktikan bahwa bumi
berbentuk bulat. Kita cukup memandang ke
utara ke arah pantai Jakarta dan akan disuguhkan oleh banyaknya objek di lautan
yang terlihat. Berbeda jika kita melihat dari pantai Ancol. Karena bumi
berbentuk bulat maka semakin ke atas pandangan akan semakin luas, ini tidak
berlaku jika bumi berbentuk datar.
Saat kita berada di pesawat dengan ketinggian
sekitar 10 km dpl sebenarnya lengkungan bumi sudah bisa dirasakan. Syaratnya
sudut pandang mata kita harus 120 derajat. Namun sayangnya jendela pesawat amat
kecil dan berlapis membuat kita sulit untuk mendapatkan sudut pandang 120
derajat. Di samping itu juga faktor
cuaca dan awan yang lebih rendah dari pesawat sering menghalangi pandangan.
Beberapa hal kadang sulit bagi kita untuk dapat mendeteksi keadaan
sebenarnya hanya dengan indera kita saja. Lengkungan horizon menjadi salah satu
contohnya. Garis yang sebenarnya
melengkung oleh mata kita terlihat lurus. Contoh lainnya adalah permukaan air
di kolam. Sebenarnya permukaan air di
kolam tidaklah benar-benar datar, tetapi mengikuti lengkungan bumi, namun mata
kita tidak sanggup untuk mendeteksinya. Silakan lihat seri 28 Permukaan Air
Melengkung.
Begitu juga dengan kapal yang sedang terlihat
tenggelam di horizon. Sebenarnya
kenampakan kapal tidaklah benar-benar
tegak tetapi miring menjauhi pengamat akibat permukaan air yang melengkung. Namun sudut kemiringan ini sangat kecil. Mari
kita hitung sudut kemiringannya.
Misalnya pada jarak 15 km
kemiringan kapal = 15/40000 * 360 derajat = 0,13 derajat.
40000 adalah keliling bola bumi.
Dengan sudut kemiringan yang kurang dari 1
derajat tentu mata kita akan sulit untuk mendeteksinya. Jadi kapal-kapal di lautan akan tetap terlihat tegak.
Kapal di lautan yang hanya terlihat bagian
atasnya saja tidaklah terjadi karena persfektif pandangan. Hukum persfektif tidak pernah menyatakan
objek yang jauh akan terlihat sebagian saja. Objek yang terlihat hanya sebagian
saja pasti karena terhalang oleh sesuatu di depannya. Demikian juga tidaklah terjadi karena
refraksi. Justru refraksi akan membuat
objek yang seharusnya tidak terlihat menjadi terlihat seperti pada percobaan
Bedford level. Silakan lihat seri 14
Persfektif dan seri 16 Refraksi.
Menurut saya percobaan Bedford Level ini bisa
diibaratkan seseorang yang sedang melakukan percobaan pengukuran arus dan
mendapati hasilnya tidak sesuai dengan hukum ohm. Lalu dengan gagahnya mengatakan bahwa hukum
ohm salah. Percobaan Bedford level
adalah percobaan yang hasilnya berbeda dengan puluhan hingga ratusan juta orang
yang sudah pernah menyaksikan fenomena kapal terlihat tenggelam di Horizon sejak
zaman Aristoteles. Bahkan sebagian
penggemar bumi datar sendiri mengakui
adanya fenomena tersebut dengan mengatakan itu terjadi karena persfektif dan
refraksi. Wajar fenomena ini harus
diakui karena memang itu adalah fakta.
Dan faktanya percobaan Bedford Level ini memang terbukti
salah karena tidak memperhatikan faktor lingkungan yaitu adanya refraksi
cahaya. Tidak beda dengan percobaan
pengukuran arus yang salah. Kesalahan mungkin terjadi pada alat ukur atau
akibat lingkungan misalnya adanya medan listrik dan medan magnet di sekitarnya
dsb. Jadi lucu sekali jika ada orang yang mengajukan percobaan ini untuk
membantah bumi berbentuk bulat. Yang
pertama karena percobaan ini sudah dinyatakan salah dan yang kedua percobaan
ini hasilnya bertentangan dengan fakta umum fenomena kapal terlihat tenggelam
di horizon.
Mengakhiri pembahasan ini saya menekankan kembali
bahwa untuk memahami bentuk bumi dan alam semesta, yang harus kita pelajari adalah
sains bukan teori konspirasi. Salah satu teori konspirasi misalnya teori
yang mengatakan bahwa bentuk bumi yang bulat adalah kebohongan yang
didoktrinkan oleh elit global. Manfaat
apa yang bisa kita petik dari teori ngawur semacam itu?
Semoga bermanfaat dan dapat memberikan pemahaman
yang lebih baik untuk bekal memahami bentuk bumi dan alam semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar