Beberapa
kali saya menjumpai web atau artikel yang membahas aliran sungai NIL dan juga
sungai Amazon yang sangat panjang. Jika
kita petakan aliran sungai ini pada bola bumi maka kita akan mendapati seolah
olah aliran air ini menanjak menuju ke puncak lengkungan. Mereka yang masih belum mengerti bentuk bumi
yang bulat menggunakan fenomena ini sebagai hujjah untuk membantah bentuk bumi
yang bulat.
Seorang
sahabat juga ada yang menanyakan kepada saya tentang aliran sungai Amazon. Saya apresiasi sahabat yang mau bertanya dan
mencari tahu. Mestinya demikianlah yang
tepat dilakukan bukan malah membantah karena ketidakfahamannya. Semoga sahabat-sahabat mendapatkan pencerahan setelah membaca
penjelasan berikut.
Dalam
seri ini saya akan menjelaskan bahwa sebenarnya aliran sungai yang panjang
seperti sungai Amazon tidaklah menanjak.
Kekeliruan anggapan tersebut terjadi karena kita belum faham konsep atas
dan bawah. Mungkin kita belum faham bagian
manakah yang disebut atas atau bawah pada bola bumi. Apa yang menyebabkan terjadinya atas dan
bawah. Mari kita ikuti penjelasannya.
Gaya
gravitasi bumi
Gaya
gravitasi bumi pada sebuah benda yang berada di permukaan bumi adalah gaya
tarik menarik bumi dengan benda akibat massa yang dimiliki keduanya. Bumi dan benda akan saling tarik-menarik
dengan gaya yang besarnya dirumuskan dalam hukum gravitasi Newton. Gaya tarik yang dialami bumi dan benda besarnya
adalah sama. Jika kita misalkan gaya tarik menarik tersebut sebesar F, maka
percepatan yang dialami bumi sama dengan F dibagi massa bumi, hasilnya amat
sangat kecil. Sedangkan percepatan yang dialami benda sama dengan F dibagi
massa benda dan hasilnya sekitar 9,8m/s2, angka ini disebut percepatan
gravitasi di permukaan bumi. Gaya
gravitasi benda akibat ditarik bumi ini tidak lain dan tidak bukan adalah gaya
berat benda, atau kita sebut berat saja. (Harap dibedakan dengan massa benda)
Gaya
gravitasi berlaku di mana pun di alam semesta ini, baik di darat, di udara, di
laut, di air maupun di ruang hampa. Silakan baca artikel "Gaya Archimedes
terjadi karena gravitasi". Gaya Archimedes berlaku pada fluida (zat cair
maupun gas).
Gaya gravitasi bumilah yang menyebabkan adanya rasa atas
dan bawah bagi manusia. Jika kita membayangkan
sedang melayang-layang di alam semesta di antara milyaran benda-benda langit maka tidak ada yang namanya atas dan
bawah. Andaikan saat itu kita sedang
menyaksikan bumi yang melayang di alam semesta pun kita tidak bisa mengatakan
mana bagian atas mana bagian bawah dari bola bumi. Kita merasakan atas dan bawah saat merasakan
ditarik oleh gaya gravitasi bumi.
Pusat
Massa benda
Untuk
benda-benda tegar homogen (massa jenisnya tersebar merata) pusat massa terletak
pada kesetimbangan geometri (bentuk) benda.
Misalnya benda pejal homogen yang berbentuk kubus, pusat massanya
terletak tepat di tengah-tengah kubus (titik temu di antara diagonal ruangnya).
Untuk benda pejal homogen berbentuk bola, pusat massanya terletak tepat di
pusat bola. Jika bumi kita anggap benda
pejal homogen berbentuk bulat sempurna maka pusat massa bumi terletak tepat di
tengah pusat bola. Namun karena bumi
tidaklah homogen dan bentuknya tidak bulat sempurna maka pusat massa bumi mungkin
tidaklah benar-benar tepat di pusat bola.
Namun demikian, sebagai pendekatan ketika kita membahas masalah
gravitasi kita bisa menganggap pusat massa bumi terletak tepat di tengah-tengah
bola bumi.
Ketinggian
Ketinggian
adalah sebuah besaran yang mirip dengan jarak atau panjang dengan satuan meter
atau kilo meter atau satuan panjang lainnya. Namun ketinggian lebih bersifat
khusus. Disebut khusus karena arah
ketinggian segaris dengan pusat massa bumi, sedangkan jarak atau panjang
arahnya bebas (bisa ke mana saja) dalam ruang tiga dimensi. Jarak atau panjang bersifat relatif artinya
suatu jarak adalah kedudukan yang diukur dari suatu titik acuan ( titik
referensi). Misalnya ketika kita
bertanya berapa jarak kota Solo, maka kita harus menyebutkan diukur dari mana.
Begitu juga dengan ketinggian, ketinggian suatu tempat diukur terhadap suatu
titik acuan.
Titik acuan bisa di mana saja, misalnya di
tanah yang sedang kita pijak, di puncak pohon, di permukaan air laut, di pusat massa
bumi atau di mana saja. Titik acauan tersebut kita anggap sebagai titik nol,
atau ketinggian nol. Misalnya kita mengatakan tinggi tiang bendera 10 meter,
tentu ini diukur dari tanah di mana tiang bendera itu ditancapkan dengan
menganggap tanah sebagai ketinggian nol.
Misalnya lagi tinggi pesawat terbang 10.000 kaki, umumnya diukur dari
permukaan air laut (dpl).
Namun
demikian sebenarnya acuan awal ketinggian adalah pusat massa bumi. Kita bisa mengatakan pusat massa bumi adalah
tinggi nol absolut karena tidak ada tempat yang lebih rendah dari pusat massa
bumi, sementara tempat yang lain bisa dijadikan sebagai tinggi nol
relatif. Misalnya jika kita anggap dasar
laut adalah titik nol maka tinggi permukaan air laut adalah jarak yang diukur
dari permukaan air laut dengan dasar laut.
Jadi
ketinggian suatu tempat sebenarnya adalah perbedaan tinggi antara tempat
tersebut dengan suatu titik acuan yang kita anggap sebagai nol. Keistimewaannya adalah jika kita tarik garis
lurus antara titik yang kita ukur tingginya dengan titik acuan, maka garis itu akan mengarah ke pusat massa bumi.
Silakan dibayangkan, Tugu Monas yang tegak, antara puncak dan dasarnya jika
kita tarik garis lurus dan diperpanjang ke bawah maka akan mengarah ke pusat
massa bumi. Atau silakan gantungkan
sebuah bandul dengan tali, maka tali akan mengarah ke pusat massa bumi.
Dalam
konsep bumi bulat, bagian paling bawah adalah pusat massa bumi. Dan bagian yang
lebih atas (atau lebih tinggi) adalah ketika menjauh dari pusat massa bumi
(Mohon ini difahami). Suatu tempat misalnya A dikatakan lebih tinggi dari pada
B adalah ketika jarak A ke pusat massa bumi lebih jauh daripada jarak B ke
pusat massa bumi.
Mari
kita bayangkan, ketika kita berdiri di belahan bola bumi manapun misalnya di
Indonesia atau di Amerika, kaki kita tetap sebagai bagian bawah dan kepala kita
adalah bagian atas. Mengapa demikian, padahal letak Amerika di belakang
Indonesia pada bola bumi? Karena jarak
kaki kita lebih dekat dengan pusat massa bumi dari pada jarak kepala kita
dengan pusat massa bumi. Perhatikan
ilustrasi berikut.
Jika
kita sudah faham dengan konsep tersebut maka kita akan faham bahwa air yang mengalir di sungai Amazon sebenarnya
sedang mencari tempat yang lebih rendah atau tempat yang jarak dari pusat massa
bumi lebih dekat, atau air sedang mendekatkan diri dengan pusat massa
bumi. Sekali lagi tidak ada air yang
alirannya menanjak. Juga tidak ada samudra
yang terbalik. Jika ada orang yang masih
beranggapan ada samudra yang terbalik, itu akibat belum faham. Alangkah eloknya jika mau belajar lagi, bukan
malah menggunakan ketidakfahamannya untuk berhujjah.
Intinya
fahami dulu konsep atas-bawah pada bola bumi. Jangan dibayangkan kita sedang
berdiri di hadapan sebuah bola, karena pada kasus ini, bagian bawah bola adalah
bagian yang menyentuh tanah dan bagian atas adalah yang paling jauh dari tanah. Pada kasus demikian
tentu akan aneh jika ada air yang mengalir dari bawah ke bagian atas bola. Konsep atas-bawah pada bola bumi bukanlah
seperti kasus tersebut di atas.
Atas-bawah pada bola bumi yang sedang 'mengambang' di alam semesta
bukanlah kutub utara vs kutub selatan atau Indonesia vs Amerika. Di alam semesta tidak ada atas dan bawah bagi
manusia selain mengacu pada pusat massa bumi.
Kuncinya kita harus memahami bahwa atas-bawah bagi manusia yang tinggal
di bumi mengacu pada jarak terhadap pusat massa bumi dan ini terjadi karena
gaya gravitasi bumi.
Sebagai
bonus informasi yang mudah-mudahan berguna, permukaan air laut umumnya
dijadikan sebagai acuan ketinggian suatu tempat karena sifat liquid air yang
ditarik oleh gaya gravitasi bumi menyebabkan permukaan air melengkung mengikuti
jari-jari bumi. Sehingga di samudra
manapun permukaan air laut bisa dijadikan sebagai acuan ketinggian nol karena
permukaan air laut di manapun memiliki jarak yang sama terhadap pusat massa
bumi. Hal berbeda terjadi di daratan, misalnya gunung, walaupun ditarik oleh
gravitasi ke pusat massa bumi namun sifat zat padatnya tetap mampu menahan
tingginya yang menjulang.
Jika ada yang mengatakan permukaan air adalah
datar, itu karena belum faham. Permukaan air di gelas atau di kolam terlihat
datar karena mata kita tidak bisa mendeteksinya. Untuk melihat air yang
melengkung, silakan amati kapal yang terlihat sedang tenggelam di horizon. Bagian bawah kapal tidak terlihat akibat
terhalang oleh air yang melengkung mengikuti jari-jari bumi. Jika ada orang
yang mengatakan bagian bawah kapal tidak terlihat karena persfektif itu akibat
belum faham dan mengerti apa itu persfektif. Semoga orang yang demikian mau
belajar lagi dan tidak lagi menggunakan ketidakfahamannya untuk berhujjah yang
akhirnya membuat orang lain tersesat.
Ingatlah pahala yang mengalir itu adalah ilmu yang berguna bukan ilmu
yang menyesatkan.
Saran
Kepada
sahabat yang masih ngotot bahwa bentuk bumi tidaklah bulat, saya sarankan
bertanyalah pada diri sendiri; sudah sejauh mana belajar ilmu Fisika, Astronomi
dan pengetahuan tentang perkembangan sains sejak jaman Yunani, jaman keemasan
Islam dan kemajuan di Eropa. Jika merasa
masih kurang monggo silakan belajar lagi.
Tidak usahlah berargumen karena ketidakmengertian. Ketika mengatakan bumi datar atau bulat,
berargumenlah dengan ilmu pengetahuan bukan dengan ketidaktahuan.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar